Tag Archive | dan cerita

Sajak Cinta (Chapter 2)#ed.2

Mentari mengetuk tabir langit dari ufuk timur, menyulam kelam menjadikannya bernuansa biru pekat dengan sedikit demi sedikit meronakan jingga. Beranjak jingga, berarti takkan lama mentari akan menyapa tingkap kamarku, masuk kedalamnya, membuat mata terpicingkan memandangnya. Hangat. Larik sinar masuk, melukiskan bingkai terali jendela di atas lantai. Persis sama. Lama-lama semakin memanjang. Saat mulai sepenggalah dan terus lebih tinggi, kemudian mencari-cari prisma kecil di atas meja. Masuk ke dalam prisma. Membidik fokus. Kemudian menghiasi dinding kamarku dengan warna-warni merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. PELANGI di atas meja kamarku.

Sebenarnya aku sudah bangun sedari tadi. Tapi aku masih belum beranjak dari atas bentangan karpet yang tak terlalu tebal ini. Mengingat sekarang adalah hari Minggu, kuputuskan untuk sedikit berleha-leha pagi ini, menyaksikan sinar mentari yang menelisik masuk ke dalam kamar, menikmati pencahayaan yang semakin terang dikamarku. Memandang pelangi buatan di dalam kamar.
Syesa masih tertidur di kasurku, semalam ia baru bisa tidur dini hari, setelah kulihatkan video itu padanya. “Semoga ia kuat”, pikirku.

Ah, aku baru saja teringat, buku diari spesial untuk Tika yang baru kutulisi satu paragraf semalam masih terbuka di atas meja belajar. Aku beranjak kesana, duduk sambil menimang-nimang buku tersebut.

“Kalau kalian ingin menyejarah, maka menulislah. Kalau kalian adalah orang besar maka tulislah tentang kehidupan kalian. Kalau tidak maka tulislah tentang kehidupan orang-orang besar” begitu kalimat bijak yang ku kutip dari sebuah acara pertemuan dengan salah seorang penulis buku best seller beberapa bulan lalu, yang membuatku berniat mengabadikan sekelumit perjalanan teman baikku, Tika.

Benar, terkadang aku bisa menjadi begitu melankolis. Membayangkan tulisanku tentang perjalanan pertemananku dengannya menjadi sebuah kenang-kenangan terindah dariku untuknya –ketika kami harus mengakhiri pertemuan setelah menyelesaikan kuliah ini.
Membayangkan Tika menyebut namaku ketika ia bercerita kepada gadis kecilnya atau putra ciliknya nanti. Memperkenalkanku sebagai teman Duo nya diperkuliahan. Anaknya yang akan mengangkat sebelah alis matanya ketika Ibu mereka menyebutkan Nama Duo kami yang bisa membuat orang mengernyitkan dahi –tak mengerti- dengan alasan pemilihan Nama Duo kami tersebut. Anak-anak Tika yang akan terinspirasi untuk mengikuti jejakku, menuliskan perjalanan pertemanan mereka nantinya. Ah membayangkannya saja sudah membuatku bahagia sekali.

“Kak…”, Lamunanku terhenti. Syesa ternyata sudah terbangun.

“Ya…nyenyak tidur semalam ?” tanyaku singkat.

“Hmmm.” Syesa menjawab lebih singkat lagi.

“Hayu sarapan. Ketopra yuk. Cuci muka dulu gih. Mau dipesan aja apa mau makan kesana ?” Aku berusaha tetap membuat suasana hati Syesa tak berubah jadi lebih buruk dari semalam.

“Makan disini aja, kakak punya nomer Abang ketopra nya kan ?”

Sepertinya suasana hati Syesa lumayan terkendali, ia tak mengajakku keluar seperti yang biasa dilakukannya kalau sedang bad mood.

“Ada. Kamu mau berapa rawitnya ? Kakak 5. Extra pedas euy.” Berharap Syesa lebih semangat ketika aku tak mengungkit-ungkit tangisnya tadi malam.

“3 deh. Kakak mah lidahnya udah sahabatan sama cengek. Heehee” Syesa tersenyum sambil beranjak ke kamar mandi. Aku lega Syesa sudah bisa tersenyum pagi ini.

***
(bersambung)